Slamat Ari Raya

Selamat hari raya tak kira dimana anda berada
ANGKASAWAN MUDA



BUAH






NEW TERMINETOR



Fadhilat Ramadhan
Hadith 1
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Umatku telah dikurniakan dengan lima perkara yang istimewa yang belum pernah diberikan kepada sesiapa pun sebelum mereka. Bau mulut daripada seorang Islam yang berpuasa adalah terlebih harum di sisi Allah daripada bau haruman kasturi. Ikan-ikan di lautan memohon istighfar (keampunan) ke atas mereka sehinggalah mereka berbuka puasa".

Allah mempersiapkan serta menghiasi jannah yang khas setiap hari dan kemudian berfirman kepadanya: "Masanya telah hampir tiba bilamana hamba-hambaKu yang taat akan meninggalkan segala halangan-halangan yang besar (di dunia) dan akan mendatangimu."

Pada bulan ini syaitan-syaitan yang durjana dirantaikan supaya tidak menggoda mereka ke arah maksiat-maksiat yang biasa mereka lakukan pada bulan-bulan selain Ramadhan. Pada malam terakhir Ramadhan (orang-orang yang berpuasa ini) akan diampunkan." Maka sahabat-sahabat Rasulullah SAW pun bertanya: "Wahai Pesuruh Allah, adakah itu malam lailatul Qadar?" Dijawab oleh Rasulullah SAW: "Tidak, tetapi selayaknya seorang yang beramal itu diberi balasan setelah menyempurnakan tugasnya."

Hadith 2
Ubadah Bin Somit ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda pada suatu hari ketika Ramadhan hampir menjelang: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, di mana Allah melimpah ruahkan di dalamnya dengan keberkatan, menurunkan rahmat, mengampuni dosa-dosa kamu, memakbulkan doa-doa kamu, melihat di atas perlumbaan kamu untuk memperolehi kebaikan yang besar dan berbangga mengenaimu di hadapan malaikat-malaikat. Maka tunjukkanlah kepada Allah Taala kebaikan dari kamu. Sesungguhnya orang yang bernasib malang ialah dia yang dinafikan daripada rahmat Allah pada bulan ini."

Hadith 3
Abu Sa'id Al Khudri ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Setiap hari siang dan malam pada bulan Ramadhan, Allah Tabaraka wa Taala membebaskan begitu banyak sekali roh daripada api neraka. Dan pada setiap orang Islam pada setiap hari siang dan malam doanya pasti akan diterima."

Hadith 4
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Terdapat tiga jenis orang yang doa mereka tidak ditolak; doa daripada orang yang berpuasa sehinggalah dia berbuka puasa; imam (penguasa) yang adil, dan orang yang dizalimi yang kerana doanya itu Allah mengangkatnya melepasi awan dan membuka untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman: "Daku bersumpah demi kemuliaanKu, sesungguhnya Daku pasti menolongmu walaupun pada suatu masa nanti."

Hadith 5
Ibn Umar ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya mengirim rahmat ke atas mereka yang memakan sahur."

Hadith 6
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa berbuka satu hari di siang hari bulan Ramadhan tanpa alasan yang wajar (disegi syariah) atau sakit yang kuat, tidak akan dapat menampung atau mengganti hari tersebut walaupun akan berpuasa sehingga ke akhir hayatnya."
PUASA MENURUT AL-QURAN
Al-Quran menggunakan kata shiyam sebanyak delapan kali, kesemuanya dalam arti puasa menurut pengertian hukum syariat. Sekali Al-Quran juga menggunakan kata shaum, tetapi maknanya adalah menahan diri untuk tidak bebicara:

Sesungguhnya Aku bernazar puasa (shauman), maka hari ini aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun (QS Maryam [19]: 26).

Demikian ucapan Maryam a.s. yang diajarkan oleh malaikat Jibril ketika ada yang mempertanyakan tentang kelahiran anaknya (Isa a.s.). Kata ini juga terdapat masing-masing sekali dalam bentuk perintah berpuasa di bulan Ramadhan, sekali dalam bentuk kata kerja yang menyatakan bahwa "berpuasa adalah baik untuk kamu", dan sekali menunjuk kepada pelaku-pelaku puasa pria dan wanita, yaitu ash-shaimin wash-shaimat.
Kata-kata yang beraneka bentuk itu, kesemuanya terambil dari akar kata yang sama yakni sha-wa-ma yang dari segi bahasa maknanya berkisar pada "menahan" dan "berhenti atau "tidak bergerak". Kuda yang berhenti berjalan dinamai faras shaim. Manusia yang berupaya menahan diri dari satu aktivitas --apa pun aktivitas itu-- dinamai shaim (berpuasa). Pengertian kebahasaan ini, dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga shiyam hanya digunakan untuk "menahan diri dar makan, minum, dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari".
Kaum sufi, merujuk ke hakikat dan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan segala macam dosa. Betapa pun, shiyam atau shaum --bagi manusia-- pada hakikatnya adalah menahan atau mengendalikan diri. Karena itu pula puasa dipersamakan dengan sikap sabar, baik dari segi pengertian bahasa (keduanya berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran dan puasa.
Hadis qudsi yang menyatakan antara lain bahwa, "Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberinya ganjaran" dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam surat Az-Zumar (39):10.

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa.

Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat/hukum sebagaimana disinggung di atas.
1.Puasa wajib pada bulan Ramadhan.
2.Puasa kaffarat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
3.Puasa sunnah.
PUASA MENELADANI SIFAT-SIFAT ALLAH
Beragama menurut sementara pakar adalah upaya manusia meneladani sifat-sifat Allah, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk. Nabi Saw. memerintahkan, "Takhallaqu bi akhlaq Allah" (Berakhlaklah (teladanilah) sifat-sifat Allah).
Di sisi lain, manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa'ali, yaitu makan, minum, dan hubungan seks. Allah Swt. memperkenalkan diri-Nya antara lain sebagai tidak mempunyai anak atau istri:

Bagaimana Dia memiliki anak, padahal Dia tidak memiliki istri? (QS Al-An'am [6]: 101)

Dan sesungguhnya Mahatinggi kebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristri dan tidak pula beranak (QS Al-Jin [72]: 3).

Al-Quran juga memerintahkan Nabi Saw. untuk menyampaikan,

Apakah aku jadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan...? (QS Al-An'am [6]: 14).

Dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal mencontohi sifat-sifat tersebut. Tidak makan dan tidak minum, bahkan memberi makan orang lain (ketika berbuka puasa), dan tidak pula berhubungan seks, walaupun pasangan ada.
Tentu saja sifat-sifat Allah tidak terbatas pada ketiga hal itu, tetapi mencakup paling tidak sembilan puluh sembilan sifat yang kesemuanya harus diupayakan untuk diteladani sesuai dengan kemampuan dan kedudukan manusia sebagai makhluk ilahi. Misalnya Maha Pengasih dan Penyayang, Mahadamai, Mahakuat, Maha Mengetahui, dan lain-lain. Upaya peneladanan ini dapat mengantarkan manusia menghadirkan Tuhan dalam kesadarannya, dan bila hal itu berhasil dilakukan, maka takwa dalam pengertian di atas dapat pula dicapai.
Karena itu, nilai puasa ditentukan oleh kadar pencapaian kesadaran tersebut --bukan pada sisi lapar dan dahaga-- sehingga dari sini dapat dimengerti mengapa Nabi Saw. menyatakan bahwa, "Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga."
PUASA UMAT TERDAHULU
Puasa telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Kama kutiba 'alal ladzina min qablikum (Sebagaimana diwajibkan atas (umat-umat) yang sebelum kamu). Dari segi ajaran agama, para ulama menyatakan bahwa semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Ini berarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian. Shalat, puasa, zakat, dan berkunjung ke tempat tertentu sebagai pendekatan kepada Allah adalah prinsip-prinsip syariat yang dikenal dalam agama-agama samawi. Tentu saja cara dan kaifiatnya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Kita dapat mempertanyakan mengapa puasa menjadi kewajiban bagi umat islam dan umat-umat terdahulu?
Manusia memiliki kebebasan bertindak memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam hal ini, makan, minum, dan berhubungan seks. Binatang --khususnya binatang-binatang tertentu-- tidak demikian. Nalurinya telah mengatur ketiga kebutuhan pokok itu, sehingga --misalnya-- ada waktu atau musim berhubungan seks bagi mereka. Itulah hikmah Ilahi demi memelihara kelangsungan hidup binatang yang bersangkutan, dan atau menghindarkannya dari kebinasaan.
Manusia sekali lagi tidak demikian. Kebebasan yang dimilikinya bila tidak terkendalikan dapat menghambat pelaksanaan fungsi dan peranan yang harus diembannya. Kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang memenuhi syahwat perutnya melebihi kadar yang diperlukan, bukan saja menjadikannya tidak lagi menikmati makanan atau minuman itu, tetapi juga menyita aktivitas lainnya kalau enggan berkata menjadikannya lesu sepanjang hari.
Syahwat seksual juga demikian. Semakin dipenuhi semakin haus bagaikan penyakit eksim semakin digaruk semakin nyaman dan menuntut, tetapi tanpa disadari menimbulkan borok.
Potensi dan daya manusia --betapa pun besarnya-- memiliki keterbatasan, sehingga apabila aktivitasnya telah digunakan secara berlebihan ke arah tertentu --arah pemenuhan kebutuhan faali misalnya-- maka arah yang lain, --mental spiritual-- akan terabaikan. Nah, di sinilah diperlukannya pengendalian. Sebagaimana disinggung di atas, esensi puasa adalah menahan atau mengendalikan diri. Pengendalian ini diperlukan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok. Latihan dan pengendalian diri itulah esensi puasa.
Puasa dengan demikian dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin, pandai atau bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masyarakat. Tidak heran jika puasa telah dikenal oleh umat-umat sebelum umat Islam, sebagaimana diinformasikan oleh Al-Quran.
Dari penjelasan ini, kita dapat melangkah untuk menemukan salah satu jawaban tentang rahasia pemilihan bentuk redaksi pasif dalam menetapkan kewajiban puasa. Kutiba 'alaikumush shiyama (diwajibkan atas kamu puasa), tidak menyebut siapa yang mewajibkannya?
Bisa saja dikatakan bahwa pemilihan bentuk redaksi tersebut disebabkan karena yang mewajibkannya sedemikian jelas dalam hal ini adalah Allah Swt. Tetapi boleh jadi juga untuk mengisyaratkan bahwa seandainya pun bukan Allah yang mewajibkan puasa, maka manusia yang menyadari manfaat puasa, dan akan mewajibkannya atas dirinya sendiri. Terbukti motivasi berpuasa (tidak makan atau mengendalikan diri) yang selama ini dilakukan manusia, bukan semata-mata atas dorongan ajaran agama. Misalnya demi kesehatan, atau kecantikan tubuh, dan bukankah pula kepentingan pengendalian diri disadari oleh setiap makhluk yang berakal?
Di sisi lain bukankah Nabi Saw. bersabda, "Seandainya umatku mengetahui ( semua keistimewaan ) yang dikandung oleh Ramadhan, niscaya mereka mengharap seluruh bulan menjadi Ramadhan."
KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN
Dalam rangkaian ayat-ayat yang berbicara tentang puasa, Allah menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Dan pada ayat lain dinyatakannya bahwa Al-Quran turun pada malam Qadar, Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailat Al-Qadr.
Ini berarti bahwa di bulan Ramadhan terdapat malam Qadar itu, yang menurut Al-Quran lebih baik dari seribu bulan. Para malaikat dan Ruh (Jibril) silih berganti turun seizin Tuhan, dan kedamaian akan terasa hingga terbitnya fajar.
Di sisi lain --sebagaimana disinggung pada awal uraian-- bahwa dalam rangkaian ayat-ayat puasa Ramadhan, disisipkan ayat yang mengandung pesan tentang kedekatan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya serta janji-Nya untuk mengabulkan doa --siapa pun yang dengan tulus berdoa.
Dari hadis-hadis Nabi diperoleh pula penjelasan tentang keistimewaan bulan suci ini. Namun seandainya tidak ada keistimewaan bagi Ramadhan kecuali Lailat Al-Qadr, maka hal itu pada hakikatnya telah cukup untuk membahagiakan manusia.
Langkawi Today



Langkawi Sekarang..... Diambil dari Pejabat Kesihatan Bangunan LADA





Program Bersama

Menanti sambil mengirup udara segar sebelum bertolak ke Pulau Payar bersama pasukan MARITIM Malaysia (Kapal SiAngin)



Anggota2 MARITIM sedang mengecat kapal (kapal ?)
bkn senang beb..

Jurukamera Yang Bakal djadikan Bola semasa dlm Perjalanan nanti






Super Hero Langkawifm
Inilah super hero langkawifm...
beliau mendapat kuasa dgn tidak sengaja akibat terkena petir yang
begitu power.... sehingga mengembangkan rambut beliau serta melebatkan bulu dada beliau
LIMA 2007
Ketika LIMA 07
bersama2 dengan pilot Red Arrow

Warga2 Tua langkawifm



akibat dr terkena sinaran radio aktif.... mereka mengalami mutasi gen yg agak terlampau



Dara, Teruna Makin Hilang Nilai
Ada individu utamakan kriteria cinta daripada latar belakang pasangan pilihan.

MUNGKIN tiada reaksi terkejut atau tidak percaya jika ada seseorang yang belum berkahwin, tampil mengakui bahawa beliau sudah tidak dara atau teruna lagi pada masa kini. Suatu ketika dulu hal sebegini boleh mengakibatkan orang berkenaan dicerca atau disisihkan masyarakat tapi agak berlainan pada zaman ini, di mana adanya ?toleransi? dalam hal ini.

Kekal dara atau teruna sehingga berkahwin juga tidak lagi menjadi perkara dapat dibangga-banggakan. Begitu juga halnya jika hilang dara atau teruna sebelum berkahwin, bukanlah sesuatu yang begitu dimalukan malah ada pula yang berbangga dengan ?pencapaian? begitu.

Usah jadikan kehidupan sebahagian besar masyarakat Barat yang semakin rendah nilainya itu sebagai panduan. Isu kehormatan dianggap remeh malah kebanyakan mereka seolah-olah tidak sabar-sabar lagi hendak mengorbankan keterunaan dan kedaraan mereka pada usia muda.

Bagaimana pula nilai dan kepentingan dara atau teruna dalam masyarakat kita hari ini?

Adakah kita masih meletakkannya sebagai ?pengukur? nilai kehormatan diri seseorang, baik lelaki mahupun perempuan, ataupun pegangan berkenaan sudah agak longgar kesan daripada kemodenan dan keterbukaan yang dialami masyarakat kini.

Bila menyentuh soal hilang kehormatan sebelum waktunya ini, ia saling bersangkut-paut dengan permasalahan moral seperti seks luar nikah. Pergaulan bebas antara lelaki wanita tanpa menjaga batasan yang sepatutnya, dikenalpasti antara punca yang menyumbang kepada perkara ini.

Atas sebab itulah, dalam mana-mana agama pun, kehormatan diletakkan sebagai aspek kemuliaan diri seseorang. Ia menghalang daripada berlakunya gejala tidak bermoral seperti seks bebas berlaku hingga membawa kepada banyak lagi kesan negatif dalam masyarakat.

Kerana itu juga, dalam ajaran Islam sendiri, perlakuan yang boleh mendorong kepada perbuatan zina lagi sudah ditegah. Malah, dalam konteks memelihara kehormatan ini, tafsiran petikan surah An-Nur (ayat 3), ada diingatkan bahawa orang yang berzina tidak akan berkahwin dengan orang lain selain daripada penzina juga.

Dalam mencari pasangan juga, persoalan kedaraan dan keterunaan sering diambil kira. Keperawanan disifatkan sebagai hadiah istimewa yang dapat diberikan seseorang kepada teman hidupnya. Soal dara ini memberi kesan besar terhadap keharmonian rumah tangga yang mahu dibina.

Syarat ini juga sering diletakkan sebagai kriteria utama seseorang lelaki dalam memilih bakal isteri mereka walaupun adakalanya yang hendak menyunting dara itu pun bukanlah teruna lagi.

Rata-rata lelaki yang diselidik oleh i-Kon berkata kalau boleh, dalam memilih pasangan hidup, mereka mahukan wanita yang masih terpelihara daranya biarpun ada di antara lelaki ini sebenarnya tidak teruna. Namun ada juga yang masih sedar diri, berkata mereka akan menerima pasangan yang tidak suci seperti diri mereka.

Ada pula si dara atau teruna yang sanggup menerima pasangan yang tidak dara atau teruna asalkan hati sudah saling mencintai dengan alasan, bukan mudah untuk mencari pasangan yang masih dara dan teruna.

?Pun begitu, selalunya ada double standard dalam hal berkaitan kehormatan ini, ? kata Ketua Gerakan Wanita Jemaah Islah Malaysia, Dr Harlina Halizah Siraj.

?Kedaraan seseorang wanita yang sering menjadi bahan bualan jika dibandingkan dengan keterunaan lelaki.

?Ini kerana dalam hal ini, yang menerima kesannya adalah wanita. Jika berlaku seks sebelum nikah, kesannya dapat dilihat secara fizikal, umpamanya jika wanita itu mengandung sedangkan kesan itu tidak dapat dilihat pada lelaki walaupun mereka ter****t,? kata beliau.

Berkemungkinan juga, ramai wanita tidak kisah menggadai dara mereka sebelum berkahwin kerana yakin dapat mengembalikan dara mereka itu dengan bermacam rawatan ?pulih dara? yang semakin banyak ditawarkan.

Tapi, seperti yang diberitahu Dr Harlina, sepanjang pengalamannya sebagai pakar ginekologi dan sakit puan, tiada kaedah atau rawatan yang mampu mengembalikan dara seseorang kerana apabila ia tiada sebaik seseorang itu melakukan hubungan seks buat pertama kalinya.

Biar apapun persepsi atau pegangan mengenai soal kedaraan dan keterunaan ini, pokok pangkalnya, kehormatan diri adalah hak mutlak individu untuk memeliharanya.
Menjaga kehormatan diri bukan kolot

Dara dan teruna sebagai nilai kehormatan seseorang; ramai yang masih menganggapnya penting namun bilangan yang tidak berpegang prinsip ini lagi juga semakin bertambah.

Demikian kata Ketua Pergerakan Wanita Jemaah Islah Malaysia (JIM) yang juga Pakar Perunding Sakit Puan di Hospital Universiti Kebangsaan Malaysia, Dr Harlina Halizah Siraj, ketika ditanya mengenai isu ini.

Persepsi mengenai hal ini kata Dr Harlina, sebenarnya berubah sedikit demi sedikit tanpa disedari masyarakat.

?Kalau kita lihat kepada permulaannya, iaitu bila wanita mula mempunyai peranan dalam banyak aspek, contohnya ekonomi dan pembangunan.

Peranan itu memerlukan mereka bekerjasama dengan kaum lelaki hingga pergaulan antara lelaki dan wanita sudah dianggap sesuatu yang biasa berbanding perspektif masyarakat pada zaman dulu.

?Sejak itu juga, banyak lagi perkara yang dulunya dianggap suatu kesalahan, kini sudah menjadi kebiasaan. Termasuklah dalam isu ini (kedaraan dan keterunaan).

?Bukanlah bermaksud pem****tan wanita dalam aspek pembangunan negara ataupun masyarakat itu tidak elok tapi setiap perkara itu ada batasannya. Bila batasan tidak dijaga, ia akan mengundang pelbagai implikasi yang buruk,? katanya.

Kata Dr Harlina, dara atau teruna berkaitan dengan harga diri dan maruah seseorang.

Suatu masa dulu, masyarakat cukup memberi penekanan dalam aspek ini.

?Namun, seperti yang kita dapat lihat sekarang, pandangan itu semakin berubah. Penekanan terhadap aspek ini semakin berkurangan dan jika begini senarionya, tidak mustahil dalam tempoh sepuluh tahun akan datang ia semakin berkurangan,? kata Dr Harlina.

Keadaan yang diistilahkan sebagai liberalisasi dalam aspek seks ini juga kata beliau boleh membawa implikasi tidak baik kepada masyarakat pada masa akan datang. Beliau juga bimbang kalau-kalau suatu masa nanti orang sudah tidak kisah lagi soal perkahwinan dan banyak lagi perkara yang jelas menyalahi agama dan budaya tidak diambil kisah.

Hasil tinjauan yang pernah disiarkan sebuah akhbar berbahasa Inggeris tahun lalu sedikit sebanyak mencerminkan liberalisasi ini. Antara yang diperoleh daripada tinjauan itu adalah ramai responden yang berpendapat tidak salah untuk memeluk dan mencium kekasih serta peratus yang tinggi juga di kalangan responden yang menyatakan tidak mengapa jika hilang dara atau teruna sebelum berkahwin.

Ia menampakkan trend bahawa sebilangan besar orang kita sudah tidak lagi tegas dalam perkara ini. Seks bebas atau perbuatan yang boleh mendorong kepada perlakuan seks luar nikah tidak lagi menjadi pantang larang malah dianggap suatu kebiasaan.

Mungkin ini sebahagian daripada ?kemodenan? dalam kehidupan hari ini namun percayalah kita terpaksa ?membayar harga yang mahal? terhadap tindakan kita waktu ini.

Apabila kehormatan tidak lagi menjadi keutamaan, ia secara tidak langsung mengundang kepada bermacam gejala seksual yang seterusnya memberi kesan kepada kita semula.

Bila gejala seksual berleluasa pula, semakin bercambahlah masalah, antaranya lahir anak yang tidak jelas keturunan yang mana ada di antaranya dipersiakan begitu saja. ?Penyakit? ini jika tidak dibendung mampu membinasakan masyarakat sendiri akhirnya,? ujar beliau.

Justeru, katanya, kita terpaksa menerima hakikat bahawa masyarakat seharusnya berbalik semula kepada prinsip asas kemuliaan diri seseorang manusia dengan meletakkan nilai yang tinggi terhadap kehormatan dan maruah diri termasuklah hal berkaitan dengan kedaraan dan keterunaan ini.

Jangan ingat bila kita berpegang kepada prinsip seperti ini menunjukkan kita kolot. Hakikatnya, prinsip ini amat penting dalam menjanjikan keharmonian dalam kehidupan manusia,? katanya.

Info

Siapa, bila di mana dan bagaimana

Di India, rata-rata remaja lelaki berusia lingkungan 17 tahun hilang keterunaan mereka kepada saudara perempuan mereka seperti ibu saudara, sepupu atau kakak ipar mereka. Begitu juga di Romania, kebanyakan ibu selalunya mengaturkan pengalaman seksual pertama anak mereka dengan kenalan atau jiran wanita yang lebih berusia.

Ramai lelaki Jepun yang kehilangan teruna mereka di tempat pelacuran yang digelar soapland. Di tempat ini, pengunjung lelaki akan bermandi buih bersama pelacur sebelum melakukan seks.

Dalam budaya masyarakat di sesetengah tempat di Asia Barat pula, pasangan yang baru berkahwin akan diberikan tempat khusus untuk melalui malam pertama mereka. Pengantin lelaki juga akan mempamerkan kepada tetamu, saudara dan kenalan, kain putih yang mempunyai kesan darah sebagai tanda mereka mengahwini seorang perawan.

Di kebanyakan negara sekitar Asia juga, menjadi satu kepentingan bagi seseorang untuk mengahwini seorang yang masih teruna atau dara.


Purata umur seseorang melalui pengalaman seks pertama

1 China (21.9)
2 Taiwan (21.4)
3 India (20.8)
4 Amerika Syarikat (16.4)
5 Brazil (16.5)
6 Perancis (16.8)

Sumber : Majalah Marie Claire (2001)